Kisah Aulia Wulandari, Gadis Tomboi yang Raih Gelar Putri Pariwisata Kabupaten Paser 2022

Kisah Aulia Wulandari, Gadis Tomboi yang Raih Gelar Putri Pariwisata Kabupaten Paser 2022

TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Karena kencitaan terhadap budaya di Indonesia, Aulia Wulandari memutuskan untuk ikut di ajang pemilihan Putri Pariwisata Kabupaten Paser 2022.

Gadis kelahiran 16 Januari 2005 ini, berhasil menyandang Putri Pariwisata Kabupaten Paser dengan menyisihkan 9 orang peserta putri.

Dibalik kesuksesannya itu, siswi yang menduduki kelas 12 SMAN 1 Pasir Belengkong ini, tentunya banyak kisah yang dialami.

Anak yang berstatus yatim ini mengaku belum terbiasa tampil modis seperti perempuan pada umumnya, apalagi memakai soflen.

"Saya kan dikenal sebagai gadis tomboi oleh teman-teman, jauh dari kata feminim. Saat tampil di grand final merupakan pengalaman saya pertama kali memakai soflen. Meskipun penglihatan saya kabur sebelah karena itu. Saat jalan dipanggung, sangat hati-hati karena kayak ada polisi tidur di depan saya," kata gadis berparas cantik ini, Minggu (24/7/2022).

Bahkan high heels yang digunakan kala itu sempat putus sebelum tampil di panggung grand final, namun Ia tidak berkecil hati dengan kondisi yang dialami.

Karena kondisi ekonomi keluarganya yang kurang memadai (setelah ayahnya meninggal dunia) dan waktu yang benar-benar mepet dengan malam grand final, Ia lebih memilih untuk memperbaiki high heelsnya yang rusak itu dengan cara mengikatnya.

"Saat mau berangkat, tali high heels saya putus. Sempat panik karena saya tidak punya cadangan dan satu-satunya high heels yang saya punya cuma ini, jadi saya dan guru saya coba memperbaiki high heelsnya dengan menyambung talinya lagi," kata anak bungsu dari 4 orang saudara itu.

Meski harap-harap cemas, high heels yang dikenakan itu berhasil membawanya sebagai juara pada pemilihan Putri Pariwisata Kabupaten Paser tahun 2022.

Gadis 17 tahun ini awalnya merasa ragu dan pesimis dengan penampilannya, dengan melihat pakaian yang dikenakan peserta lain.

Sempat merasa minder waktu itu, karena saya lihat pakaian dan penampilan dari peserta bagus-bagus. Saat nama saya dipanggil maju kedepan, saya kaget apalagi saat dipakaikan selempang kemenangan sampai saya gemetar karena bahagia," kenangnya.

Gadis jelita penyandang juara 1 pada Kejuaraan Pencak Silat Tahun 2017 itu mengaku, keberhasilan yang diraih hingga dinobatkan sebagai Putri Pariwisata Kabupaten Paser 2022 tak terlepas dari doa dan dukungan sang ibu tercinta.

Bahkan disaat mau tampil pada malam grand final, Ia masih menyempatkan menghubungi ibunya melalui sambungan telpon.

"Malam grand final itu kan hujan, sementara ibu juga berencana hadir dalam acara tersebut, karena khawatir kena hujan makanya aku sempat telpon ibu, tapi Alhamdulillah ibu baik-baik aja dan bisa hadir menyaksikan aku tampil," sambungnya.

Meski dihadapkan dalam keterbatasan untuk menggapai sukses, namun semua kekurangan yang dimiliki peraih juara 2 O2SN cabang Atletik tingkat Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 itu tak menjadi penghalang baginya.

Kekurangan atau keterbatasan yang dimiliki, dijadikan sebagai cambuk untuk terus bangkit dan semangat berjuang demi menggapai sebuah kesuksesan.

"Saya masih terus belajar dalam menjalani peran saya sebagai Putri Pariwisata, kedepannya akan banyak lagi tugas dalam mengekspos dan memperkenalkan ke khalayak betapa indahnya budaya dan pariwisata di Kabupaten Paser," jelas anak bungsu dari 4 bersaudara.

Masalah ekonomi, tidak membuat anak yang dikenal tomboi ini menyurutkan niatnya untuk terus belajar hingga menggapai keinginannya menjadi seorang penyiar.

Bahkan selama ini, ketika berangkat ke sekolah Ia lebih memilih tidak membawa sangu atau uang jajan agar tidak menyusahkan orang tuanya.

"Saya cuman bawa bekal ke sekolah dengan telur ceplok, walaupun teman-teman kebanyakan belanja di kantin. Saat istirahat pertama, saya makan separuh bekal saya kemudian istirahat kedua baru saya habiskan," kata gadis yang pernah masuk 5 besar dalam pemilihan duta Genre Kabupaten Paser tahun 2022.

Tak jarang Ia menolak ajakan teman-temannya untuk sekedar kongko-kongko di sebuah cafe, maupun tempat keramaian yang biasa dijadikan anak-anak remaja untuk berkumpul.

Meskipun ada keinginan untuk ikut bergabung, namun karena alasan ekonomi membuatnya terhenti dan berpikir mengesampingkan kesenangannya saja.

"Kadang ada teman-teman yang ngajak nongkrong, cuman saya sering kasih alasan untuk tidak ikut apalagi kalau nongkrong di cafe biayanya tidak murah. Meski ada rasa cemburu melihat teman-teman yang bebas nongkrong sana-sini, tapi mau gimana lagi tulang punggung keluarga hanya ibu yang jualan kopi di pasar senaken," luap anak dari pasangan Jumini dan almarhum Bakir.

Tak cukup banyak yang tau, bahkan teman-teman sekolahnya sekalipun bahwa seragam sekolah jenis pramuka yang Ia kenakan hingga saat ini merupakan pakaian yang digunakan semasih duduk di bangku sekolah dasar.

"Pakaian pramuka saya saja, itu tidak pernah ganti dari kelas 6 SD sampai SMA, memang waktu itu belinya agak besar sehingga bisa dipakai sampai sekarang. Kalau mau beli lagi kasian ibu, apa lagi bapak sudah gak ada," ucapnya tertunduk mengenang sosok sang ayah yang begitu cinta pada buah hatinya.

Ia tak dapat menyembunyikan kerinduannya kepada ayahnya yang sudah tiada, terlihat dari raut wajah dan bola matanya yang indah berbinar menampakkan kesedihannya.

Bagaimana tidak, sejak ayahnya pergi untuk selamanya setahun yang lalu, gadis penyuka pentol (bakso) dan ice cream ini belum pernah melihat tempat peristirahatan terakhir ayahnya.

"Bapak berangkat ke Jawa dengan temannya berdua, setelah beberapa bulan, saya dapat kabar dari keluarga disana bahwa bapak meninggal, percaya ngga percaya sih waktu itu. Setelah 2 hari baru saya dikirimi video, melihat kiriman itu baru saya nangis sekencang-kencangnya," ucapnya pilu.

Kenangan bersama ayahnya masih saja terus terbayang dibenaknya, apalagi Ia berkeinginan saat usianya 17 tahun dapat merayakannya bersama ayahnya walaupun digelar dengan sederhana.

Namun takdir berkata lain, sebelum usianya beranjak 17 tahun tepatnya pada 9 Juli 2021 ayahnya terlebih dulu dipanggil oleh yang Maha Kuasa.

"Januari kemarin usia saya sudah 17 tahun, seandainya ayah masih hidup pasti kaget sekaligus bangga melihat anaknya yang tomboi sekaligus kebanyakan berdiam diri daripada nongkrong dengan temannya bisa menjadi Putri Pariwisata Kabupaten Paser 2022," tutupnya seraya berusaha tegar. (*)



Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co dengan judul Kisah Aulia Wulandari, Gadis Tomboi yang Raih Gelar Putri Pariwisata Kabupaten Paser 2022, https://kaltim.tribunnews.com/2022/07/24/kisah-aulia-wulandari-gadis-tomboi-yang-raih-gelar-putri-pariwisata-kabupaten-paser-2022?page=4.
Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Aris














Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment